Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pt maraga borneo tarigas, 2010. Sistem pengelompokan atau kategori koleksi buku diperpustakaan. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Ukfz Arpjr M from Sepak bola merupakan olahraga permainan dalam pembelajaran penjasorkes, sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah . Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Sistem dewey decimal classification klasifikasi desimal dewey ini . Deskripsi fisik, vi, 105 hlm. Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Pt maraga borneo tarigas, 2010. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu aspek yang. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu aspek yang. Deskripsi fisik, vi, 105 hlm. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat alloh swt. Sepak bola merupakan olahraga permainan dalam pembelajaran penjasorkes, sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah . Sistem dewey decimal classification klasifikasi desimal dewey ini . Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Sistem pengelompokan atau kategori koleksi buku diperpustakaan. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Pt maraga borneo tarigas, 2010. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Label from Sistem pengelompokan atau kategori koleksi buku diperpustakaan. Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pt maraga borneo tarigas, 2010. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Sepak bola merupakan olahraga permainan dalam pembelajaran penjasorkes, sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah . Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat alloh swt. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Deskripsi fisik, vi, 105 hlm. Sistem dewey decimal classification klasifikasi desimal dewey ini . Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu aspek yang. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Sepak bola merupakan olahraga permainan dalam pembelajaran penjasorkes, sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah . Pt maraga borneo tarigas, 2010. Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat alloh swt. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Pt maraga borneo tarigas, 2010. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Smp Mts Kelas Viii Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 Buku Sekolah Elektronik Bse from Pt maraga borneo tarigas, 2010. Sepak bola merupakan olahraga permainan dalam pembelajaran penjasorkes, sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes di sekolah . Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat alloh swt. Sistem dewey decimal classification klasifikasi desimal dewey ini . Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu aspek yang. Sistem pengelompokan atau kategori koleksi buku diperpustakaan. Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Buku panduan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dengan pengalaman. Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat alloh swt. Deskripsi fisik, vi, 105 hlm. Pt maraga borneo tarigas, 2010. Penjasorkes 1 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sma kelas x. Sistem dewey decimal classification klasifikasi desimal dewey ini . Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Nomor Klasifikasi Buku Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan - Buku Pjok Penjasorkes Kelas 5 Sd Kurikulum 2013 Penerbit Putra Nugraha Shopee Indonesia - Judul, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.. Pembelajaran adalah 70,73%, berada pada klasifikasi "cukup". Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu aspek yang. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Deskripsi fisik, vi, 105 hlm.
52 Saran Pemanfaatan Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 5.2.1 Bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD se-Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang, hendaknya mengetahui teori tentang model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar, dan dapat Tujuan dari artikel ini membahas tentang kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK di Indonesia abad 21. Kurikulum merupakan rancangan berupa isi untuk mewujudkan tujuan pendidikan. PJOK bagian dari integral pendidikan secara keseluruhan yang menjadi peran dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul. Kurikulum di Indonesia selalu mengalami perubahan karena menyesuaikan perkembangan zaman yang terus dinamis. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam PJOK isi kurikulum tidak hanya tentang keterampilan gerak dan kesehatan jasmani saja, namun peserta didik dituntut untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkolaborasi, Perubahan yang paling menonjol dalam kurikulum pendidikan jasmani abad 21 itu yaitu dalam pembelajaran jasmani tidak hanya melibatkan perlengkapan olahraga saja, namun sumber belajar yang berasal dari kemasan teknologi modern perlu diberikan. Jadi kurikulum pendidikan jasmani disusun agar menghasilkan manusia yang memiliki kesehatan dan keterampilan yang baik dalam tantangan global di abad 21. Selain itu juga diperlukan guru PJOK yang profesional untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum PJOK. The purpose of this article discusses the curriculum of physical education, sports, and health PESH in 21st century Indonesia. The curriculum is a design in the form of content to realize educational goals. PESH is an integral part of overall education which plays a role in producing superior human resources. The curriculum in Indonesia is always changing because it adapts to the development of a dynamic era. The results of this study indicate that in PESH the curriculum content is not only about physical skills and physical health, but students are required to be able to think critically, creatively, and be able to collaborate, the most prominent changes in the 21st century physical education curriculum that is not in physical learning only involves sports equipment, but learning resources derived from the packaging of modern technology need to be provided. So the physical education curriculum is structured to produce people who have good health and skills in the global challenges of the 21st century. In addition, professional PESH teachers are needed to understand and implement the PESH curriculum. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA p-ISSN 2622-4763 e-ISSN 2622-2159 Vol. 3 No. 2 Juli 2020, Hal. 422-438 422 Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 Pinton Setya Mustafa1, Wasis Djoko Dwiyogo2 1,2Universitas Negeri Malang, Indonesia pintonsetyamustafa Abstrak Tujuan dari artikel ini membahas tentang kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan PJOK di Indonesia abad 21. Kurikulum merupakan rancangan berupa isi untuk mewujudkan tujuan pendidikan. PJOK bagian dari integral pendidikan secara keseluruhan yang menjadi peran dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul. Kurikulum di Indonesia selalu mengalami perubahan karena menyesuaikan perkembangan zaman yang terus dinamis. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam PJOK isi kurikulum tidak hanya tentang keterampilan gerak dan kesehatan jasmani saja, namun peserta didik dituntut untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkolaborasi, Perubahan yang paling menonjol dalam kurikulum pendidikan jasmani abad 21 itu yaitu dalam pembelajaran jasmani tidak hanya melibatkan perlengkapan olahraga saja, namun sumber belajar yang berasal dari kemasan teknologi modern perlu diberikan. Jadi kurikulum pendidikan jasmani disusun agar menghasilkan manusia yang memiliki kesehatan dan keterampilan yang baik dalam tantangan global di abad 21. Selain itu juga diperlukan guru PJOK yang profesional untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum PJOK. Kata kunci kurikulum, pembelajaran, pendidikan jasmani, olahraga Abstract The purpose of this article discusses the curriculum of physical education, sports, and health PESH in 21st century Indonesia. The curriculum is a design in the form of content to realize educational goals. PESH is an integral part of overall education which plays a role in producing superior human resources. The curriculum in Indonesia is always changing because it adapts to the development of a dynamic era. The results of this study indicate that in PESH the curriculum content is not only about physical skills and physical health, but students are required to be able to think critically, creatively, and be able to collaborate, the most prominent changes in the 21st century physical education curriculum that is not in physical learning only involves sports equipment, but learning resources derived from the packaging of modern technology need to be provided. So the physical education curriculum is structured to produce people who have good health and skills in the global challenges of the 21st century. In addition, professional PESH teachers are needed to understand and implement the PESH curriculum. Keywords curriculum, learning, physical education, sports Article History Received 15-06-2020 Revised 10-07-2020 Accepted 10-07-2020 Online 11-07-2020 This is an open access article under the CC–BY-SA license Support by Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 A. Pendahuluan Pendidikan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bumi. Oleh karena itu pendidikan dapat dan harus berkontribusi untuk visi baru tentang pembangunan global secara berkelanjutan UNESCO, 2017, p. 7. Pendidikan yang terlaksana dengan baik juga berdampak baik bagi pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka perlu upaya untuk yang matang dalam menyusun perencanaan, pendekatan, dan strategi yang baik. Sistem pendidikan nasional di Indonesia diatur dalam regulasi kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan jasmani Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 37h. Secara teoretis pendidikan jasmani dianggap sebagai komponen wajib pendidikan anak sebagai konsekuensinya, telah ada tradisi yang signifikan di kebanyakan negara demokrasi untuk menganjurkan nilai intrinsik yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak Whitehead, Telfer, & Lambert, 2013, p. 16. Dalam implementasinya pendidikan jasmani memiliki peraturan tersendiri, beberapa di antaranya berkaitan dengan keselamatan dan beberapa manajemen dan kontrol Martinek & Hellison, 2009, p. 125. Pendidikan jasmani adalah secara formal menanamkan pengetahuan dan nilai melalui aktivitas fisik yang mencakup pembelajaran dalam pengembangan dan perawatan tubuh, mulai dari latihan sederhana hingga latihan yoga, senam, dan pertunjukan dan pengelolaan permainan atletik Chandler, Cronin, & Vamplew, 2002, p. 153. Pendidikan jasmani atau yang dikenal dengan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan PJOK merupakan salah satu pelajaran wajib yang dilaksanakan di berbagai jenjang sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. PJOK adalah bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan, merupakan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja manusia melalui media kegiatan fisik yang telah dipilih dengan tujuan untuk mewujudkan hasilnya Bucher, 1983, p. 13. Pendidikan dalam PJOK itu adalah mempromosikan kompetensi keterampilan motorik dan pertumbuhan pengetahuan yang dapat dipertahankan, jika mengintegrasikan pengetahuan dengan aktivitas fisik dan kontribusi misi pendidikan di sekolah sehingga memberikan pendekatan seimbang dalam mendidik anak secara keseluruhan dan konsisten Ennis, 2011, p. 16. PJOK sebagai area belajar dalam kurikulum sekolah kontemporer sangat penting, apalagi saat ini daripada sebelumnya, Sehingga peran teladan yang diasumsikan PJOK dalam desain kurikulum sebelumnya, yang memimpin perubahan kurikulum nasional sekarang, harus diakui Lynch, 2014, p. 521. Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia diatur dalam kurikulum yang sekarang dikenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pendidikan Winarno, 2012, p. 4. Kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial isi/materi yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan Arifin, 2013, p. 4. Dalam suatu sistem pendidikan, Kurikulum ini sifatnya dinamis dan harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan dan tantangan zaman Mulyasa, 2014, p. 59. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa ke mana system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan SKL sesuai dengan yang Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan Sani, 2014, p. 45. Jadi dengan adanya kurikulum maka materi pelajaran pendidikan jasmani dapat ditetapkan. Kurikulum tersebut selalu ada reformasi guna memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam Partnership for 21st Century Skills 2008, p. 3 menyatakan kurikulum abad 21 mengandung 4 unsur kompetensi critical thinking, creative thinking, collaboration, and communication skills mampu membantu siswa dalam menghadapi keadaan di abad 21. Kemudian menurut Abdullah & Hendon 201668-69 bahwa ada empat kompetensi yang perlu dikuasai siswa agar siswa pada abad 21 sesuai dengan kurikulum abad 21 yakni 1 pemikiran kritis dan pemecahan masalah; 2 komunikasi, 3 kolaborasi, dan 4 kreativitas dan inovasi. Keterampilan yang berupa kreativitas dan inovasi, pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan komunikasi dan kerja sama penting untuk memberikan pembelajaran seumur hidup dan keterampilan abad ke-21 bagi peserta didik mulai di jenjang sekolah dasar Boyaci & Atalay, 2016, p. 135. Sebelum adanya pembelajaran maka diperlukan sebuah kurikulum untuk merumuskan tujuan utama dari proses pembelajaran. Teori kurikulum memfasilitasi keputusan tentang ruang lingkup dan urutan, sedangkan teori pembelajaran merinci rentang perilaku potensi guru dan interaksi guru dan siswa sehingga mempermudah pengambilan keputusan secara metodologi Jewett, 1980, p. 165. Pada saat ini di Indonesia menerapkan dua macam kurikulum, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan kurikulum 2013. KTSP dalam mencapai tujuan pendidikan nasional lebih menekankan kesesuaian kekhasan, kondisi, dan potensi daerah satuan pendidikan dan peserta didik Dwiyogo, 2010, p. 28. Sedangkan pada kurikulum 2013 lebih berorientasi kepada pembentukan karakter peserta didik yang ditinjau dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Perubahan kurikulum tersebut secara tidak langsung juga berdampak pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di dalam kurikulum 2013 secara tidak langsung juga berfokus untuk pembentukan karakter secara keseluruhan mulai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga guru perlu memahami makna dari pendidikan jasmani dalam kurikulum 2013 tersebut. Dengan adanya perubahan kurikulum dari awal pendidikan di Indonesia dan hingga sekarang, yaitu perubahan dari KTSP ke kurikulum 2013 maka pemahaman guru mengenai kurikulum terbaru perlu diperdalam. Hal tersebut juga berdampak pada penyampaian materi pelajaran khususnya dalam pelajaran PJOK. Apabila maksud dan tujuan dari perubahan kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013 tidak dipahami tenaga pendidik, maka akan sia-sia juga dalam perubahan kurikulum di Indonesia ini dilakukan khususnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka artikel ini bertujuan untuk memberikan pembahasan tentang kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia sesuai era perkembangan abad 21 ini. Dengan demikian tinjauan dari artikel ini mencakup tentang 1 kompetensi abad 21, 2 hakikat kurikulum, 3 hakikat pendidikan jasmani, 4 perubahan kurikulum PJOK di indonesia menuju abad 21, 5 kurikulum pendidikan jasmani di indonesia, dan 6 peran kurikulum pendidikan jasmani dalam abad 21. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 B. Pembahasan 1. Kompetensi Abad 21 Karakteristik abad 21 adalah tersedianya informasi dimana saja dan kapan saja informasi}, adanya implementasi penggunaan mesin komputasi}, mampu menjangkau segala pekerjaan rutin otomatisasi dan bisa dilakukan dari mana saja dan ke mana saja komunikasi. Ditemukan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah terjadi pergeseran pembangunan pendidikan ke arah Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK, yaitu sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan abad 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan dan sumber daya manusia Soderstrom, From, Lovqvist, & Tornquist, 2011, p. 1. Abad ini memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa Darling-Hammond, 2006, p. 300. Keterampilan abad 21 terdiri dari; 1 keterampilan hidup dan berkarier life and career skills, 2 keterampilan belajar dan berinovasi learning and innovation skills, dan 3 keterampilan media teknologi dan informasi information media and technology skills Ataizi & Donmez, 2014, p. 272. Dengan adanya pergeseran paradigma tentang abad 21 bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan yang komprehensif tentang keterampilan hidup, mengembangkan pengetahuan, dan menguasai teknologi masa depan. Penerapan kurikulum dan pembelajaran abad 21 sangat penting dalam mempersiapkan siswa melalui keterampilan yang akan membantu mereka dalam keinginannya untuk sukses di masa depan Alismail & McGuire, 2015, p. 154. Pentingnya menerapkan kurikulum dan pembelajaran abad 21 di sekolah untuk mempersiapkan siswa yang mampu menghadapi tantangan zaman yang kompleks Rotherham & Willingham, 2009, p. 21. Dalam menerapkan kurikulum abad ke 21 harus memadukan pengetahuan, pemikiran, keterampilan inovasi, media, literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK, dan pengalaman hidup nyata dalam konteks mata pelajaran inti akademis Paige, 2009, p. 11. Dalam Partnership for 21st Century Skills 2006, p. 1 konteks kunci pembelajaran pengetahuan, yaitu siswa juga harus mempelajari keterampilan penting di era abad 21, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Jadi keterampilan penting untuk abad ke-21 yang telah diklasifikasikan ke dalam lima kelompok 1 kemampuan berpikir, 2 cara kerja dan interaksi, 3 kerajinan dan keterampilan ekspresif, 4 partisipasi dan inisiatif, dan 5 kesadaran diri dan tanggung jawab pribadi Yli-Piipari, 2014, p. 478. Secara garis besar menurut Abdullah & Hendon 2016, pp. 68–69 Keterampilan belajar dan inovasi yang relevan dalam mempersiapkan peserta didik untuk keterampilan abad ke-21 adalah sebagai berikut. Pertama, Pemikiran Kritis Critical thinking dan Pemecahan Masalah Problem Solving, yaitu menganalisis dan mengevaluasi bukti, argumen, klaim dan kepercayaan secara efektif; memecahkan berbagai jenis masalah yang tidak biasa dengan cara konvensional dan inovatif. Di setiap tingkat proses belajar harus ditekankan pada pelatihan siswa untuk critical thinking. Secara khusus, Critical Thinking sangat penting karena pemikiran terarah digunakan untuk mempertimbangkan dan menilai dengan hati-hati informasi atau situasi yang terjadi berdasarkan pengetahuan, pemikiran, dan pengalaman seseorang dalam mengeksplorasi bukti dengan cermat untuk menyimpulkan secara logis Boonjeam, Tesaputa, & Ampai, 2017, p. 131. Salah satu keterampilan penting yang diharapkan bisa didapat oleh para siswa adalah Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 kemampuan memecahkan masalah. Diantara komponen keterampilan yang diungkapkan sebagai keterampilan abad ke-21, keterampilan memecahkan masalah menempati tempat penting Tösten, Han, & Anik, 2017, p. 171. Kedua, Komunikasi Communication, yaitu mengartikulasikan pemikiran dan gagasan secara efektif menggunakan kemampuan komunikasi lisan dan tulisan dalam berbagai bentuk dan konteks. Komunikasi merupakan salah satu temuan utama adalah bahwa komunikasi adalah keterampilan gerbang menuju keterampilan abad ke 21 lainnya. Keterampilan komunikasi mengarah pada keterampilan soft thinking yang lebih canggih dan rumit dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, manajemen stres, dan pengambilan risiko Jacobson-Lundeberg, 2016, p. 87. Ketiga, Kolaborasi Collaboration, yaitu menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dan hormat dengan tim yang beragam. Kolaborasi sebagai sebuah gaya interaksi antara setidaknya dua orang yang sama-sama terlibat secara sukarela dalam pengambilan keputusan bersama untuk menuju tujuan bersama Moran & Bodenhorn, 2015, p. 7. Keempat, Kreativitas Creativity dan Inovasi Innovation, yaitu menggunakan berbagai teknik ide kreasi untuk menciptakan gagasan baru dan bermanfaat. Trnova 2014, p. 8 memandang kreativitas memainkan peran yang sangat penting dalam pendidikan. Sebagian besar sistem pendidikan mendukung kreativitas sebagai kompetensi yang relevan untuk abad ke-21. Berdasarkan komponen dari keterampilan abad 21 harus dijadikan dasar dalam menyusun kurikulum di Abad 21. Konsep tersebut dapat dijalankan di sekolah-sekolah dan para peserta didik Indonesia terbekali dengan keutamaan-keutamaan tersebut, yakni komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta kreatif dan inovatif. 2. Hakikat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua paradigma yang berbeda, yaitu kurikulum dalam arti sempit dan kurikulum dalam arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan daftar pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari pebelajar untuk mencapai suatu tingkat tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kurikulum dalam arti luas semua pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh di dalam kelas, laboratorium, mengikuti ceramah, bertanya jawab, demonstrasi dan dalam kegiatan lain seperti olahraga Dwiyogo, 2010, p. 5. Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar Sukmadinata, 2009, p. 5 Selanjutnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya Nasution, 2006, p. 5. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selain itu kurikulum adalah program pendidikan yang meliputi berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dari tingkat Sekolah Dasar SD sampai Perguruan Tinggi PT yang Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 sudah ada sejak ada sistem persekolahan Soedijarto, Thamrin, Karyadi, Siskandar, & Sumiyati, 2010, p. 1. Dalam mewujudkan makna dari kurikulum maka perlu diketahui tentang komponen, peran, dan fungsi kurikulum tersebut. b. Komponen Kurikulum Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki beberapa komponen. Komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yakni tujuan, materi, organisasi, dan evaluasi Hamalik, 2007, p. 19. Komponen tersebut baik secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama menjadi dasar utama dalam kurikulum upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan Nasional. Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang mengandung aspek- aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum. Metode adalah yang digunakan untuk penyampaian materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk yang masing-masing memiliki ciri-cirinya tersendiri. Evaluasi merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa. Dari beberapa komponen kurikulum tersebut, yang paling penting adalah komponen tujuan, karena komponen ini menjadi dasar bagi penentuan sumber belajar, pembelajaran, dan evaluasi Dwiyogo, 2010, p. 7. Dengan adanya komponen kurikulum tersebut maka dalam merancang kurikulum dapat dipetakan dengan terarah. Sehingga produk kurikulum yang dibuat dapat berperan dan berfungsi secara optimal. c. Peran dan Fungsi Kurikulum Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peranan, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif Hamalik, 2011, pp. 11–12. Dalam peran konservatif kurikulum yaitu berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga konsistensi dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. Selanjutnya peran kritis dan evaluatif kurikulum, yaitu harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik dengan menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Selain itu peran kreatif kurikulum, yaitu harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis. Kurikulum dapat berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan Arifin, 2013, p. 25. Selain itu terdapat enam fungsi kurikulum untuk siswa yaitu 1 fungsi penyesuaian, 2 fungsi integrasi, 3 fungsi diferensiasi 4 fungsi persiapan, 5 fungsi pemilihan, 6 fungsi diagnostik Hamalik, 2011, pp. 13–14. Pertama, fungsi penyesuaian adalah bahwa kurikulum harus dapat mengantarkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat. Kedua, fungsi integrasi dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga fungsi deferensiasi adalah kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikan. Keempat, fungsi persiapan yaitu kurikulum harus dapat memberikan pengalaman Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 belajar bagi anak baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk kehidupan di masyarakat. Kelima, fungsi pemilihan adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Keenam, fungsi diagnostik yaitu kurikulum harus dapat untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa. Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum hendaknya perlu diperhatikan dari aspek komponen-komponen yang ada agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya peran kurikulum bersifat konservatif, kritis atau evaluatif, dan kreatif dalam mengembangkan potensi siswa. Sedangkan fungsi dari kurikulum adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan isi dari pembelajaran di lembaga pendidikan. Di Indonesia telah terjadi berbagai perubahan kurikulum pendidikan. Hal tersebut terjadi karena adanya tuntutan zaman agar mencetak generasi yang baik di masa depan. Perubahan kurikulum yang sekarang didasarkan dengan perkembangan zaman pada abad 21. 3. Hakikat Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan, merupakan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja manusia melalui media kegiatan fisik yang telah dipilih dengan tujuan untuk mewujudkan hasilnya Bucher, 1983, p. 13. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, dalam aspek fisik, mental sosial, emosional dan moral Paturusi, 2012, p. 12. Pendidikan jasmani merupakan tahap proses pendidikan total, membantu dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan Urs, 2011, p. 95. Pendidikan jasmani juga merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi Kanca, 2017, p. 2. Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional Rosdiani, 2013, p. 63. Pendidikan jasmani adalah satu-satunya mata pelajaran di sekolah di mana anak-anak memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan motorik dan mendapatkan pengetahuan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik Le Masurier & Corbin, 2006, p. 50. Pendidikan jasmani juga berkaitan dengan erat dengan pendidikan olahraga sebab berhasil mensimulasikan komunitas yang ada dari olahraga, terhadap lingkungan belajar, mencakup dimensi elit, sportif, eksklusif, dan individualistis Alexander & Luckman, 2001, p. 261. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan melalui gerak sehingga dapat mencapai kesehatan serta tujuan pendidikan yang diharapkan yaitu mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian guru PJOK perlu memahami tujuan dari pendidikan jasmani agar pembelajaran gerak menjadi selaras dengan target yang dicapai. b. Tujuan Pendidikan Jasmani Tujuan pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi tiga domain psikomotor, kognitif, dan afektif Buck, Jable, & Floyd, 2004, p. 13; Husdarta, 2011, p. 9; Pestolesi & Baker, 1990, pp. 37– Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 38. Tujuan pendidikan jasmani menurut Komite Asosiasi Pendidikan Jasmani di Amerika NASPE 1 kesehatan fisik, 2 kesehatan mental dan efisiensi, 3 karakter moral sosial, 4 ekspresi emosi dan kontrol, 5 apresiasi Bucher, 1983, p. 45. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui medium aktivitas fisik yang memfokus pada pencapaian seluruh ranah tujuan belajar yang terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, secara simultan dikembangkan dalam sebuah rancangan belajar yang standar Frost, 1995, p. 33. Namun setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam merumuskan pendidikan jasmani, tidak terkecuali adalah negara Republik Indonesia. Adapun tujuan pendidikan jasmani dalam kebijakan di Indonesia adalah sebagai berikut 1 Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih; 2 Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; 4 Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan; 5 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis; 6 Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan; 7 Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif Permendiknas, 2006, p. 513. Dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan jasmani di Indonesia tersebut, maka dikemas dalam ruang lingkup tersendiri, agar mempermudah memetakan isi dari PJOK tersebut. Jadi setelah mengetahui tentang tujuan pendidikan jasmani maka dapat dirumuskan menjadi ruang lingkup yang perlu dipelajari oleh siswa di sekolah. Ruang lingkup pendidikan jasmani di Indonesia diatur dalam Badan Standar Nasional Pendidikan 2007, p. 2 yaitu aktivitas pendidikan jasmani terdiri dari tujuh aspek, yaitu 1 permainan dan olahraga, 2 aktivitas pengembangan, 3 aktivitas senam, 4 aktivitas ritmik, 5 aktivitas air, 6 pendidikan luar kelas dan 7 kesehatan. 4. Perubahan Kurikulum PJOK di Indonesia Menuju Abad 21 Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olahraga, dan perilaku Ahmadi, 2013, p. 77. Dalam pengembangan kurikulum dari teknologi pendidikan meliputi 1 identifikasi tujuan, 2 pengembangan pengalaman belajar, 3 evaluasi terhadap pengalaman belajar dalam pencapaian tujuan, 4 perbaikan pengalaman belajar dari hasil evaluasi Dwiyogo, 2010, p. 10. Dengan adanya tuntutan zaman, maka dalam meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah rancangan pendidikan ke arah yang lebih baik. Rancangan tersebut merupakan kurikulum yang senantiasa mengalami perubahan dan perbaikan. Jadi tidak dipungkiri di Indonesia juga mengalami perubahan kurikulum pendidikan. Perubahan isi dan nama dari kurikulum mengalami beberapa kali perubahan atau perbaikan sejak Indonesia merdeka. Lebih lanjut, Perbedaan antara perubahan kurikulum dan perbaikan kurikulum. Perbaikan kurikulum biasanya hanya mengenai satu atau beberapa aspek Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 dari kurikulum, misalnya metode mengajar, alat peraga, buku pelajaran dengan tetap menggunakan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, perubahan kurikulum mengenai perubahan dasar-dasarnya, baik mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu Nasution, 2008, p. 252. Berkaitan dengan perbaikan dan perubahan kurikulum, pada kenyataannya di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan tahun 2006 Yamin, 2013, p. 17. Bahkan, perubahan terakhir dilaksanakan pada tahun 2013 yang dikenal dengan kurikulum 2013. Apabila diklasifikasikan dari perubahan setiap kurikulum secara umum yaitu sebagai berikut 1 setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana 1947-1964, 2 pembaharuan kurikulum 1968-1975, 3 kurikulum berbasis keterampilan proses 1984-1994, dan 4 kurikulum berbasis kompetensi 2004-2006, 5 kurikulum dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 Uhbiyati, 2008, p. 46. Apabila perubahan kurikulum dikaitkan dengan pendidikan jasmani, maka dalam pendidikan jasmani dan olahraga dalam perspektif sejarah bangsa Indonesia berkembang tidak dalam kesendirian. Keolahragaan di Indonesia berkembang sebagai wujud transformasi pandangan bangsa dari waktu ke waktu, sejak masa sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Perkembangan ini mengandung implikasi bagi pendidikan jasmani dan olahraga di tanah air dapat digolongkan kedalam tiga tahap sesuai dengan bangsa yang menjajahnya, yaitu 1 masa penjajahan, 2 masa kemerdekaan, 3 masa orde baru Maksum, 2014, p. 137. Pendidikan jasmani pada masa penjajahan, yaitu melalui pendidikan olahraga di sekolah, para siswa belajar baris-berbaris, perang-perangan dengan senapan bersangkur tiruan dan latihan fisik lainnya yang berat-berat termasuk gotong royong, gali lubang perlindungan, membabat lapangan terbang, mencangkul kebun Husdarta, 2010, p. 13. Demikian pula latihan-latihan disiplin baik di sekolah maupun pada berbagai latihan yang diberikan oleh Jepang kepada kelompok-kelompok tertentu membentuk pemuda Indonesia menjadi pemuda yang mempunyai daya tahan tinggi dan siap menghadapi berbagai kesukaran. Hal inilah yang menguntungkan dan sangat membantu manakala bangsa Indonesia menghadapi Belanda, yang ingin menjajah kembali Maksum, 2014, p. 138. Tujuan dari Pendidikan Jasmani pada masa kemerdekaan lebih dikuatkan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1950, tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah-sekolah. Undang-undang tersebut berbunyi bahwa Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan di segala jenis sekolah Seba, 1990, p. 33. Cabang-cabang olahraga yang diberikan di sekolah itu terdiri dari Senam, atletik, permainan dan renang, dengan disesuaikan pada keadaan fasilitas yang tersedia Maksum, 2014, p. 140 Tujuan dari pada pendidikan jasmani dalam fase masa orde baru, sesuai dengan dasarnya adalah untuk mengambil bagian dalam pembangunan dan modernisasi bangsa dan negara dengan segala aspek-aspeknya, memelihara persatuan dan untuk mencapai cita-cita membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan seperti dikehendaki oleh Pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar 1945, yaitu 1 Mempertinggi mental, moral, budi Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 pekerti, dan memperkuat keyakinan beragama; 2 Mempertinggi kecakapan dan keterampilan; dan 3 Membina/memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat Maksum, 2014, p. 140. Dengan demikian diberikannya PJOK sebagai rangkaian isi kurikulum sekolah bukanlah tanpa alasan, karena kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan merupakan upaya sistematis untuk membekali peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah menjadi manusia yang lengkap dan utuh. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada olahraga tanpa media gerak. Karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Menurut Wahyuni 2015, pp. 234–238 kurikulum abad 21 meliputi Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Pada kurikulum 2004 dikenal dengan sebutan kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Kurikulum ini merupakan cikal bakal dikembangkannya kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2004 ditekankan pentingnya penguasaan kompetensi oleh peserta didik. Materi pokok pendidikan jasmani adalah materi yang dipelajari oleh siswa, sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Materi pokok pendidikan jasmani diklarifikasikan menjadi enam aspek yaitu 1 Permainan dan olahraga, 2 aktivitas pengembangan, 3 uji diri atau senam, 4 Aktivitas ritmik, 5 akuatik aktivitas air, dan 6 aktivitas luar sekolah Depdiknas, 2005, p. 15. Kurikulum 2006 lebih dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik Susilo, 2007, p. 12. Hal tersebut dilakukan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikan sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Secara khusus tujuan ditetapkan KTSP adalah untuk 1 Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, 2 Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, 3 Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satu pendidikan tentang kualitas pendidikan yang ingin dicapai Depdiknas, 2006, p. 9. Unsur-unsur KTSP pendidikan jasmani meliputi berbagai komponen dasar dan penyesuaiannya mengacu pada peraturan pemerintah tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan suatu media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pola hidup sehat yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang pada tubuh anak Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Selain itu, pengembangan kurikulum ini dipengaruhi oleh berbagai tantangan zaman, baik tantangan internal maupun Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 tantangan eksternal. Tujuan dari pengembangan Kurikulum 2013 dalam Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 memiliki tiga keunggulan Mulyasa, 2014, pp. 163–164. Pertama, kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah kontekstual, karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Kedua, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lainnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga. ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. 5. Kurikulum Pendidikan Jasmani di Indonesia Pada saat ini kurikulum pendidikan jasmani yang dilaksanakan di Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Kurikulum 2013. KTSP diberlakukan pada tahun pelajaran 2006/2007, sedangkan kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Pada tahun pelajaran 2020/2021 nanti diharapkan sekolah-sekolah di Indonesia harus mengimplementasikan kurikulum 2013 secara serentak. Hal tersebut berdasarkan Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 Dan Kurikulum 2013 pasal 4, yaitu berisikan batas operasi KTSP paling lama tahun pelajaran 2019/2020. Hal tersebut tentunya juga berpengaruh ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di masa mendatang di Indonesia ini. Dalam kurikulum nasional pendidikan jasmani merupakan untuk semua anak dan tujuan pendidikan jasmani yaitu untuk mempromosikan kebugaran umum daripada melatih kejuaraan olimpiade atau untuk memperbaiki kesulitan motorik atau kecacatan McKinlay, 1993, p. 430. Dalam pendidikan jasmani kerangka kurikulum, proses, tujuan didasarkan pada dua asumsi utama, yaitu 1 pendidikan jasmani terutama berkaitan dengan individu yang bergerak dalam interaksi dengan lingkungan, dan 2 setiap individu dapat mencari makna pribadi melalui kombinasi tujuan pergerakan potensial Jewett, 1980, p. 165. Komponen utama dari teori tersebut adalah konsep, tujuan utama, dan sistem proses pergerakan. Pendidikan dalam pendidikan jasmani fokus pertama dan utama pada pembelajaran siswa, dengan ruang lingkup kurikulum yaitu 1 menekankan pembelajaran berbagai aktivitas fisik yang perlu dipelajari siswa agar aktif secara fisik, 2 keinginan belajar karena kegiatan tersebut menghasilkan peluang dalam olahraga kompetitif dan rekreasi, 3 menikmati belajar karena kegiatan itu bermakna dan relevan dalam kehidupan mereka Ennis, 2011, p. 6. Dengan demikian dasar perubahan kurikulum pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan target yang diharapkan di masa depan. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 Jika terjadi perubahan kurikulum baru dalam PJOK hendaknya perlu adanya dukungan bagi para guru, sehingga adanya kerangka kerja yang jelas dan rasional untuk dapat memandu terjemahan praktis dari tujuan kurikulum baru, agar reformasi dilaksanakan dengan sepenuhnya dan berhasil Jin, 2013, p. 26. Untuk reformasi pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengalaman siswa di sekolah, khususnya area pembelajaran PJOK perlu diadakan perubahan kurikulum, evaluasi, dan dukungan spesialis kurikulum yang terus berlanjut, periset, dan praktisi Lynch, 2014, p. 521. Selain itu untuk kelancaran pelaksanaan kurikulum baru, guru membutuhkan dukungan dari dalam sekolah, serta dewan sekolah dan pemerintah provinsi, serta perbaikan adalah proses dua arah bilateral, yaitu sekolah perlu melibatkan lingkungan luar, dan guru harus secara konstruktif mengomunikasikan kebutuhan mereka, sambil memahami dan mengakomodasi keterbatasan Fraser-Thomas & Beaudoin, 2002, p. 264. Selanjutnya perlu adanya partisipasi langsung dan workshop pembelajaran profesional bagi guru untuk meningkatkan pendidikan jasmani dalam kurikulum. Selain itu perlu kesempatan belajar profesional yang lebih lama dan meningkat sehingga dapat berdampak dalam praktik pemeliharaan dan pengembangan program aktivitas fisik untuk anak McLachlan et al., 2017, p. 226. Perubahan kurikulum yang paling signifikan yang bisa dilakukan oleh guru PJOK adalah memastikan bahwa siswa benar-benar belajar bermakna. Jadi hasil keterampilan motorik berasal dari makna pribadi dalam gerakan serta tidak hanya penguasaan keterampilan dasar dan kesempatan melakukan gerakan yang berbeda, tetapi juga orientasi pembelajaran terhadap banyak cara di mana gerakan manusia dapat menjadi melekat, secara pribadi, dan bermakna Jewett, 1989, p. 46. Dalam pembelajaran PJOK yang efektif berdasarkan standar kurikulum yang baru Yang, 2013, p. 582 adalah 1 memanfaatkan sepenuhnya lokal sumber daya pada situasi aktual sekolah untuk memberikan pengajaran yang ditargetkan; 2 melakukan metode pengajaran yang baru dan tanpa meninggalkan tradisional; 3 mengenali konten yang benar-benar efektif serta meninggalkan konten yang tidak berguna, sehingga siswa menguasai sebanyak mungkin informasi yang bermanfaat dengan efektif; 4 memperlakukan berbeda pada siswa yang berbeda, dan memberikan pengajaran yang berbeda siswa tingkat yang berbeda, untuk memastikan bahwa siswa mendapatkan banyak latihan di kurikulum pendidikan jasmani; 5 membuat terobosan pada inovasi. Dengan demikian dengan adanya perubahan kurikulum di Indonesia khususnya dari KTSP menjadi kurikulum 2013 juga berdampak pada mata pelajaran PJOK. Di sini guru harus memahami apa yang diinginkan dalam kurikulum baru tersebut. Sehingga pelatihan atau workshop dapat menjadi alternatif dalam upaya meningkatkan profesional guru PJOK ke arah kurikulum 2013. Jika dilihat dari perubahan pola pikir dalam kurikulum 2013, peran PJOK dalam kurikulum 2013 selaras dengan abad 21, yaitu untuk mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 6. Peran Kurikulum PJOK dalam Abad 21 Kurikulum abad 21 harus dapat mempersiapkan siswa dalam dunia masa depan, baik membentuk pola pikir, keterampilan, dan karakter yang baik. Hal tersebut dapat diraih salah satunya dengan pendidikan jasmani. Peran kurikulum pendidikan jasmani memiliki dasar yang kuat di sekolah-sekolah, sebab merupakan salah satu tujuan paling sentral dari pendidikan Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 yaitu pengembangan holistik siswa. Dengan demikian, pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan akademis yang membantu bangsa untuk mencapai tujuan dari abad ke 21 Yli-Piipari, 2014, p. 479. Kurikulum pendidikan jasmani di sekolah memberikan pengajaran dalam bentuk olahraga tradisional seperti sepak bola, bulutangkis, bola basket, tenis, atletik dan olahraga air. Selain itu, siswa menerima kelas teori yang berkaitan dengan PJOK yang mencakup konsep kesehatan dan kebugaran, psikologi olahraga, biomekanik, nutrisi dan metode latihan Johns, 2003, p. 353. Selain itu karya siswa seperti proyek maupun portofolio perlu didokumentasikan dalam pembelajaran PJOK, sebab diperlukan sebagai penilaian autentik keterampilan belajar siswa Mustafa, Winarno, & Supriyadi, 2019, p. 1376. Dengan demikian peran kurikulum PJOK yang berkualitas juga menentukan keberhasilan siswa dalam menyongsong karier di masa depan khususnya abad 21. Oleh sebab itu perlu kajian yang mendalam dalam penyusunan kualitas kurikulum pendidikan jasmani. Kurikulum pendidikan jasmani memiliki tiga kualitas dasar Eich, 2013, p. 9, antara lain 1 Program pendidikan jasmani perlu menyenangkan sehingga menjadi efektif, 2 Kurikulum harus ketat, yaitu tidak hanya berolahraga untuk bersenang-senang; perlu memberi siswa banyak keterampilan guna untuk membentuk kualitas kehidupan mereka mendatang, 3 Kurikulum perlu membantu menciptakan penilaian kesehatan, kebugaran, dan aktivitas fisik yang baik untuk kelas selanjutnya dan memasuki akhir masa anak-anak. Dalam kurikulum PJOK kontemporer pada K-12 tujuan program pendidikan jasmani dideskripsikan sebagai rekreasi, orientasi kesehatan masyarakat, dan pendidikan Ennis, 2013, p. 154. Isi kurikulum pendidikan jasmani yang lebih seimbang, termasuk penekanan pada tujuan kesehatan dengan penurunan obesitas anak-anak, sehingga berdampak positif pada komposisi tubuhnya. Akibatnya Tujuan utama dari pendidikan jasmani, yaitu peningkatan kardiovaskular, keterampilan dan kebugaran neuromotor melalui aktivitas fisik yang kuat, tetapi beberapa lebih menekankan harus diletakkan juga pada promosi perilaku kesehatan Starc & Strel, 2012, p. 5. Program pendidikan jasmani yang efektif membantu siswa untuk memahami dan menghargai nilai yang baik sebagai sarana untuk mencapai produktivitas terbesar mereka, efektivitas dan kesenangan Urs, 2011, p. 95. Intisari dari kualitas kurikulum PJOK yang baik adalah untuk mencapai siswa sehat, memiliki keterampilan, dan dilakukan dengan penuh kesenangan. Dalam mewujudkan kurikulum PJOK abad 21 maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. Dalam penggunaan model pendidikan olahraga dari organisasi kurikuler sangat positif, pendidikan olahraga adalah model kurikulum dan pedagogi yang didukung secara teoretis dan empiris untuk sekolah kontemporer pada pendidikan jasmani Alexander & Luckman, 2001, p. 262. Pendidikan olahraga yang dimaksud yaitu mengadopsi kegiatan olahraga yang dimodifikasi untuk pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu selama pelaksanaan kurikulum yang inovatif, guru pendidikan jasmani, baik yang berpengalaman atau pemula, perlu belajar dan berlatih pengetahuan pedagogis baru untuk memuat perubahan terkait dengan inovasi kurikuler serta berkesempatan untuk menyegarkan pengetahuan mereka Zhu, Ennis, & Chen, 2011, pp. 96–97. Jadi peran kurikulum PJOK dalam abad 21 ini adalah membentuk siswa agar mampu bersaing di masa depan khususnya dengan karier mereka. Sebab dengan penyusunan kurikulum PJOK yang baik, maka dapat menjadikan siswa sehat dan bugar sehingga menunjang Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 untuk berpikir kritis, mengembangkan keterampilan, dan memiliki sikap positif. Dengan demikian apabila siswa menjadi sehat dan bugar sesuai dengan perkembangan secara keseluruhan kognitif, psikomotor, afektif, maka dapat meraih kesuksesan sesuai dengan keinginan mereka di abad 21. C. Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran kurikulum PJOK sangat penting. Hal tersebut terbukti bahwa pada abad 21 diperlukan empat kompetensi meliputi 1 pemikiran kritis dan pemecahan masalah; 2 komunikasi, 3 kolaborasi, dan 4 kreativitas dan inovasi. Salah satu upaya dalam mewujudkan kompetensi tersebut dapat disumbang dengan kehadiran perancangan PJOK yang baik di masa sekolah. Sebab pada dasarnya PJOK tidak hanya semata-mata terfokus pada kebugaran fisik dan keterampilan motorik, namun juga dapat menunjang kemampuan kognitif di bidang akademik. Selain itu makna yang terkandung dalam PJOK adalah penanaman nilai-nilai luhur yang diadopsi dari olahraga, seperti sportif, kerja sama, percaya diri, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Saran mengenai implementasi kurikulum PJOK di abad 21 yaitu hendaknya perlu sosialisasi yang intensif agar persepsi guru dapat mengetahui dengan jelas tujuan yang diinginkan kurikulum khususnya kurikulum 2013. Selanjutnya isi dari kurikulum PJOK hendaknya diselaraskan dengan konsep dan dasar-dasar pendidikan jasmani, mulai dari segi waktu, sumber daya, konten, hingga penilaian. Kemudian guru PJOK hendaknya aktif dalam melakukan riset dan mengikuti pelatihan tentang inovasi pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani dan tidak kaku dengan pola-pola tradisional dalam pembelajaran. Abad 21 merupakan tantangan tersendiri bagi guru PJOK dimana teknologi digital mendominasi sehingga anak-anak cenderung malas untuk bergerak yang kemudian berakibat obesitas atau penyakit degeneratif. Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan proses pembelajaran PJOK menjadi lebih mudah dan menyenangkan yang dilakukan oleh guru. Ucapan Terima Kasih Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan artikel ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan olahraga pada program studi S2 pendidikan olahraga di Universitas Negeri Malang yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan artikel ini. Daftar Pustaka Abdullah, S., & Hendon, S. 2016. Transforming Science Teaching Environment for the 21st Century Primary School Pupil. Malaysian Online Journal of Educational Technology, 44, 68–76. Ahmadi. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta Pustaka Ifada. Alexander, K., & Luckman, J. 2001. Australian Teachers Perceptions and Uses of the Sport Education Curriculum Model. European Physical Education Review, 73, 243–267. Alismail, H. A., & McGuire, P. 2015. 21st Century Standards and Curriculum Current Research and Practice. Journal of Education and Practice, 66, 150–154. Arifin, Z. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Ataizi, M., & Donmez, M. 2014. Book Review 21st Century Skills - Learning for Life in Our Times. Contemporary Educational Technology, 53, 272–274. Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta Badan Standar Nasional Pendidikan. Boonjeam, W., Tesaputa, K., & Ampai, A. S. 2017. Program Development for Primary School Teachers’ Critical Thinking. International Education Studies, 102, 131–138. Boyaci, S. D. B., & Atalay, N. 2016. A Scale Development for 21st Century Skills of Primary School Students A Validity and Reliability Study. International Journal of Instruction, 91, 133–148. BSNP. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pub. L. No. 20 2016. Indonesia. Bucher, C. A. 1983. Foundations of Phisical Education & Sport. St Louis The Mosby Company. Buck, M. M., Jable, J. T., & Floyd, P. A. 2004. Introduction to Career in Health, Physical Education, and Sport. Wadsworth Thomson Learning. Chandler, T., Cronin, M., & Vamplew, W. 2002. Sport and Physical Education The Key Concepts. Abingdon, UK Taylor & Francis. Darling-Hammond, L. 2006. Constructing 21st-Century Teacher Education. Journal of Teacher Education, 573, 300–314. Depdiknas. 2005. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta Direktorat PPTK dan KPT Dirjen Dikti. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. Dwiyogo, W. D. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang Wineka Media. Eich, P. 2013. CrossFit Kids as a Physical-Education Curriculum A Pedagogical Perspective. The CrossFit Journal, 1–14. Ennis, C. D. 2011. Physical Education Curriculum Priorities Evidence for Education and Skillfulness. Quest, 631, 5–18. Ennis, C. D. 2013. Implications of exergaming for the physical education curriculum in the 21st century. Journal of Sport and Health Science, 23, 152–157. Fraser-Thomas, J. L., & Beaudoin, C. 2002. Implementing a Physical Education Curriculum Two Teachers’ Experiences. Canadian Journal of Education / Revue Canadienne de l’éducation, 272/3, 249. Frost, R. B. 1995. Physical Education Foundations, Practices and Principles. Reading Addison Wesley Publishing Company. Hamalik, O. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Hamalik, O. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Husdarta, J. S. 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Husdarta, J. S. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Riduan, Ed.. Bandung PT. Alfabeta. Jacobson-Lundeberg, V. 2016. Pedagogical Implementation of 21st Century Skills. Educational Leadership and Administration Teaching and Program Development, 271, 82–100. Jewett, A. E. 1980. The Status of Physical Education Curriculum Theory. Quest, 322, 163–173. Jewett, A. E. 1989. Curriculum Theory in Physical Education. International Review of Education, 351, 35–49. Jin, A. 2013. Physical education curriculum reform in China a perspective from physical education teachers. Physical Education & Sport Pedagogy, 181, 15–27. Johns, D. P. 2003. Changing the Hong Kong Physical Education Curriculum A Post-Structural Case Study. Journal of Educational Change, 44, 345–368. Kanca, I. N. 2017. Pengembangan Profesionalisme Guru Penjasorkes. In Seminar Nasional Profesionalisme Tenaga Profesi PJOK, Pendidikan Olahraga Pascasarjana UM pp. 1–14. Le Masurier, G., & Corbin, C. B. 2006. Top 10 Reasons for Quality Physical Education. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 776, 44–53. Lynch, T. 2014. Australian curriculum reform II. European Physical Education Review, 204, 508–524. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan JARTIKA Volume 3 Nomor 2 Juli 2020, Hal. 422-438 Maksum, H. 2014. Perbandingan Pendidikan Jasmani di Indonesia dan Belanda. Jurnal Pendidikan Olah Raga, 32, 131–145. Martinek, T., & Hellison, D. 2009. Youth Leadership in Sport and Physical Education. New York Palgrave Macmillan. McKinlay, I. A. 1993. Physical Education and the National Curriculum. Archives of Disease in Childhood, 683, 428–431. McLachlan, C., Smith, J., McLaughlin, T., Ali, A., Conlon, C., Mugridge, O., & Foster, S. 2017. Development of Teachers’ Knowledge and Skills in Implementing a Physical Education Curriculum A New Zealand Early Childhood Intervention Study. International Journal of Early Childhood, 492, 211–228. Moran, K., & Bodenhorn, N. 2015. Elementary School Counselors’ Collaboration With Community Mental Health Providers. Journal of School Counseling, 134, 1–35. Mulyasa. 2014. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Mustafa, P. S., Winarno, M. E., & Supriyadi. 2019. Penilaian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Malang. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian, Dan Pengembagan, 410, 1364–1379. Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta PT Bumi Aksara. Nasution, S. 2008. Asas-asas Kurikulum. Jakarta PT. Bumi Aksara. Paige, J. 2009. The 21st Century Skills Movement. Educational Leadership, 967, 11. sept09/vol67/num01/ Partnership for 21st Century Skills. 2006. Framework For 21st Century Learning. Partnership for 21st Century Skills. 2008. 21st Century Curriculum and Instruction. Paturusi, A. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta Rineka Cipta. Permendikbud. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 2013. Permendikbud. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 Dan Kurikulum 2013 2014. Permendiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah 2006. Pestolesi, R. A., & Baker, C. 1990. Introduction to Physical Education A Contemporary Careers Approach. Glenview, Illinois Scott, Foresman and Company. Rosdiani, D. 2013. Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung Alfabeta. Rotherham, A. J., & Willingham, D. 2009. 21st Century Skills The Challenges Ahead. Educational Leadership, 671, 16–21. Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta PT Bumi Aksara. Seba. 1990. Sejarah dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung Diktat IKIP Bandung. Soderstrom, T., From, J., Lovqvist, J., & Tornquist, A. 2011. The Transition from Distance to Online Education Perspectives from the Educational Management Horizon. European Journal of Open, Distance and E-Learning, 1, 1–9. Soedijarto, Thamrin, Karyadi, B., Siskandar, & Sumiyati. 2010. Sejarah Pusat Kurikulum. Jakarta Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Starc, G., & Strel, J. 2012. Influence of the Quality Implementation of A Physical Education Curriculum on the Physical Development and Physical Fitness of Children. BMC Public Health, 121, 61. Sukmadinata, N. S. 2009. Pengembangan Kurikulum. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Susilo, M. J. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen. Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta Pustaka. Pelajar. Tösten, R., Han, B., & Anik, S. 2017. The Impact of Parental Attitudes on Problem Solving Skills in High School Students. Universal Journal of Educational Research, 51, 170–174. Trnova, E. 2014. IBSE and Creativity Development. Science Education International, 251, 8–18. Uhbiyati, N. 2008. Ilmu Pendidikan Islam IPI. Bandung Pustaka Setia. UNESCO. 2017. Education for Sustainable Development Goals Learning Objectives. Paris United Pinton Setya Mustafa, Wasis Djoko Dwiyogo, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21 Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization. Urs, S. R. 2011. An Academic Approach to Physical Education. International Journal of Health , Physical Education and Computer Science in Sports. Wahyuni, F. 2015. Kurikulum dari Masa Ke Masa. Al-Adabiya, 102, 231–242. Whitehead, J., Telfer, H., & Lambert, J. 2013. Values in Youth Sport and Physical Education. London Routledge. Winarno, M. E. 2012. Pengembangan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Jasmani & Rohani. Malang. Yamin, M. 2013. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Panduan Lengkap Tata Kelola Kurikulum Efektif. Yogyakarta DIVA Press. Yang, X. 2013. Researches of Effective Teaching in Physical Education Under New Curriculum Standards pp. 575–582. Yli-Piipari, S. 2014. Physical Education Curriculum Reform in Finland. Quest, 664, 468–484. Zhu, X., Ennis, C. D., & Chen, A. 2011. Implementation challenges for a constructivist physical education curriculum. Physical Education & Sport Pedagogy, 161, 83–99. 17408981003712802 ... Sport is also a lifestyle of people both in urban and rural areas. Swimming is one of the fun activities in water that can adapt our movements to the properties of water Mustafa and Dwiyogo, 2020. However, it is found that swimming is feared by some people. ...... Based on the questionnaire data, there were 21 respondents 91% who responded that the fun learning of swimming makes students involve themselves in activities. As stated by Mustafa and Dwiyogo, 2020 stated that swimming is one of the fun activities in water that can adapt our movements to the properties of water. ...Mega DesiantiTjutju SoendariMaman AbdurahmanThis research based on the presence of mentally retarded students who feel afraid of water. The purpose of this study was to determine learning swimming sports to reduce student fear. This research is a descriptive study using a survey method. The research data was obtained through a questionnaire using saturated sampling technique because the number of respondents was less than 30 people. The validity test in this study used the product moment formula with r hit r tab there were 13 valid items. Reliability test using Cronbach's alpha formula with reliability results of Data analysis was performed using descriptive statistics. The results obtained indicate that the response of parents to the research questions is acceptable positive with a percentage of 68%. There are obstacles that occur, namely the fearful behavior of students shown during the learning process. However, due to the efforts of students and the solution from the teacher, namely by implementing the introduction of water, students' courage can be formed. It can be concluded that learning swimming sports which is implemented goes well.... Physical education is not only carried out at an early age, teenagers, but will continue at an advanced age Afriana sari, Sukirno, 2020. Education will be carried out properly so it will also have a good impact on national development Mustafa & Dwiyogo, 2020. As educators must have efforts to develop the educational process. ...Khusnul KhotimahAri Wibowo KurniawanDevelopment of learning by using tools or tools that are useful for improving learning and conveying information. The purpose of this research is to develop learning based on throwing material applications for middle school PJOK teachers in Pasuruan Regency. This research and development learning method uses a research and development method by following seven steps. By using a quantitative descriptive study and using percentages, the results of the study of data from learning experts get a percentage of 88,5%, throw learning experts 87,5%, media experts 98,5%, and involving 36 middle school PJOK teachers in Pasuruan Regency. The small group trial was distributed to 11 respondents and the large group distributed to 25 respondents obtained the results of 92,25% small group and 83,5% large group. Based on these data it can be concluded that this application based learning development product for throwing materials is very valid and suitable for use by PJOK SMP teachers.... Physical education in high school should lead to improved physical fitness, motivation, physical growth and development, intellectual development, learning and mental achievement. Physical education has an important role, namely providing opportunities for students to be directly involved in various learning experiences through physical and health activities carried out systematically Mustafa & Dwiyogo, 2020. ...Remon NelsaDamrah DamrahAldo Naza PutraFiky ZaryaThis research was motivated by the low physical fitness of students obtained based on observations and the results of the author's interview at SMA N 7 Kerinci which showed that students had poor learning habits, unfulfilled nutrition and the economic level of parents who were in the medium and low categories. The purpose of this study was to see how the direct influence or indirect influence between study habits, nutritional status and economic level on the physical fitness of students of SMA N 7 Kerinci. This type of research is quantitative research with a comparative causal approach with a sample of 30% of the existing population, namely 30 students taken using random sampling techniques. The research instruments used were questionnaire sheets, fitness tests of Indonesian students and body mass index BMI measurements. The data obtained will be analyzed using path analysis techniques Part Analysis. The results of research and analysis show 1 There is a direct influence of study habits on physical fitness, in Py1 of or 2 There is a direct influence of nutritional status on physical fitness, in Py2 of or 3 There is a direct effect of economic level on physical fitness, in which py3 is or 4 There is no effect of study habits through economic level on fitness, in P-value of > 5 There is no effect of nutritional status through economic level on physical fitness, in p-value of > 6 There is an influence of study habits, nutritional status and economic level together on physical fitness with an Rsquare value of or Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang meliputi permainan, olahraga, dan kegiatan lain yang relevan untuk meningkatkan kualitas individu secara holistik dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara umum Mustafa & Dwiyogo, 2020. Pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan disukai oleh siswa, karena membuka kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan, serta membentuk pribadi yang melek jasmani dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. ...Muhammad Ridho SetiawanNurul IhsanKamal FirdausArgantos ArgantosThe problem in this study is the lack of youth athletes representing POPDA in Kab. Kampar due to the difficulty of teachers assessing youth athletes to take part in regional championships, especially basketball. The aim is to determine the validity of developing a web-based self-assessment application and to determine the reliability of the developed self-assessment application. This type of research is RnD using the ADDIE model. The subjects in this study were students of SMKN 1 Bangkinang Kota, taking samples by random sampling and the number of samples was 32 students. The data collection instrument used expert validation questionnaires, documentation, and basketball shooting tests. The data analysis technique used was the Aiken rater score analysis. The results of this study were that filling out a questionnaire by basketball experts obtained a value of 1,000 with a very valid category, measurement test experts obtained a value of with a high category, material curriculum experts obtained a value of in a high category and evaluation expert obtained a value of in a high category with a reliability test result of with reliable category. From the trial, it was found that 24 out of 32 students had succeeded in reaching the school KKM limit of 75. It can be concluded that the basketball shooting self-assessment application is valid and reliable and can be used as an assessment medium used by PJOK teachers in assessing students.... Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan jasmani Tahun 2003 pasal 1 ayat 37h Lengkana & Sofa, 2017;Mustafa, 2021. Secara teoretis pendidikan jasmani dianggap sebagai komponen wajib pendidikan anak sebagai konsekuensinya, telah ada tradisi yang signifikan di kebanyakan negara demokrasi untuk menganjurkan nilai intrinsik yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak Aldianto & Warthadi, 2021;Mustafa & Dwiyogo, 2020. Harapan yang diinginkan oleh pemerintah dari PJOK yaitu menjadikan siswa lebih bugar, membentuk keterampilan gerak siswa menjadi lebih aktif, membentuk pikiran siswa lebih kritis, melatih keterampilan sosial, serta menjadikan emosional siswa agar lebih baik Febrianta, 2014;Widodo, 2016;Yuliono, 2022. ...Putu Angga Wahyu NugrahaPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD terhadap hasil belajar teknik dasar passing sepak bola. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sungguhan true experimental dengan rancangan penelitian the randomizedpre test-post test control group the same subject design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII, dengan jumlah populasi 128 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling berdasarkan kelas. Kelas yang menjadi sampel penelitian adalah VIII B sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelomok kontrol. Data hasil belajar dikumpulkan melalui tes obyektif, dan tes keterampilan menggunakan tes unjuk kerja. Analisis data menggunakan Uji-t dengan bantuan SPSS for Windows. Berdasarkan hasil analisis data rata-rata kelompok eksperimen yaitu 0,31 lebih tinggi dari rata-rata kelompok kontrol yaitu 0,25. Dari hasil uji t yang diperoleh adalah 0,003, P < 0,05. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar teknik dasar passingsepakbola. Dengan demikian disarankan guru PJOK dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena sudah terbukti berpengaruh Positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.... 4 Social development. This goal is related to the ability of students to adjust towards a group or community [21]. The planning stage of the physical activity learning program in Kindergartens of Kulon Progo Regency on the indicators of understanding about learning physical activity in Kindergartens by 2,42 is included in the less category. ...Rumekar RumekarHari YuliartoAbdul AlimWahyu Dwi YuliantThis study aims to evaluate the planning and learning process of physical activity at kindergarten in kulon progo regency, Indonesia. Physical activity learning in kindergarten is very influential on the development of children not only focused on psychomotor development, but also on cognitive and social development. Methods The evaluation model used in this study is the Discrepancy model. The subjects of this research were the principal and the teachers of the State Kindergarten in Kulon Progo Regency. The sampling technique uses a total of sampling which aimed at 1 principal and 1 teacher in each State Kindergarten in Kulon Progo Regency. The sample in this study included 12 Principals and 12 Kindergarten teachers. Data collection techniques use interview methods, questionnaires, and documentation. The data analysis technique in this study is quantitative and qualitative descriptive analysis. Results The results showed that the evaluation of physical activity learning programs in State Kindergartens of Kulon Progo Regency was so that it was included in the less category. Based on each evaluation stages, which include 1 The design of physical activity learning programs in Kindergartens of Kulon Progo Regency amounted to with details on the indicators of understanding about physical activity learning in Kindergartens of included in the less category and indicators of learning objectives of included in the less category, 2 Program planning or installation of physical activity learning programs in Kindergartens of Kulon Progo Regency amounted to with details on the indicators of learning implementation plans of included in the less category, learning material preparation indicators of are included in the less category, and learning media preparation of is included in the less category, 3 Implementation of physical activity programs or learning processes in Kindergartens of Kulon Progo Regency is with details on material delivery indicators of are included in the good category, learning activity indicators of are included in the less category, and learning media use indicators of are included in the less category, and 4 Products of physical activity learning programs in Kindergartens of Kulon Progo Regency of with details on the learning evaluation indicator of included in the less category... Meanwhile, viewed from the learning environment, currently learning must be adapted to 21st century learning. 21st century learning is a challenge for physical education teachers where digital technology dominates so that children tend to be lazy to move which then results in obesity or degenerative diseases [10]. This is a challenge as well as an opportunity to make the PE learning process easier and more enjoyable by teachers. ...... Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik dan motorik siswa Pane & Dasopang, 2017. Salah satu mata pelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan fisik dan motorik siswa yakni mata pelajaran PJOK Pendidikan Jasmani, olahraga, dan kesehatan Mustafa & Dwiyogo, 2020;Pradana, 2021. PJOK merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada siswa pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA, dimana dalam proses pelaksanaannya pembelajaran PJOK berfokus untuk mengembangan ranah psikomotor tetapi tidak mengabaikan pengembangan ranah kognitif dan afektif siswa Jayul & Irwanto, 2020;Mashud, 2019;Pranata et al., 2021. ...Ricky WorkalaPelaksanaan pembelajaran PJOK pada jenjang pendidikan SMK masih cenderung berpusat pada guru, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep serta praktik, khususnya pada materi dribbling sepak bola. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk meningkatkan hasil belajar dribblingsepak bola pada siswa kelas X SMK. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus penelitian. Setiap siklus penelitian dilaksanakan dalam empat tahap yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini yakni 36 orang siswa kelas X SMK Negeri 1 Singaraja. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode tes. Instrumen yang digunakan yakni lembar observasi dan tes peningkatan kemampuan dribbling sepak bola. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, yakni dengan menggunakan rumus persentase. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I aspek pengetahuan mengalami peningkatan sebesar 25% menjadi 80,6%. Aspek keterampilan peningkatan sebesar 16,7% menjadi 86,1% dan aspek sikap meningkat sebesar 30,6% menjadi 83,3%. Selanjutnya, pada siklus II aspek pengetahuan meningkat 80,6% menjadi 100%, aspek keterampilan meningkat 86,1% menjadi 100%, dan aspek sikap meningkat 83,3% menjadi 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan scientific kooperatif tipe NHT secara signifikan mampu meningkatkan aktifitas belajar, hasil belajar, serta kemampuan dribbling sepak bola siswa kelas X ValiantoImran AkhmadHariadi HariadiNurkadri NurkadriThis research aims to determine the impact of Galah Asin games with parental support on the fundamental movement skills of elementary school students. The sampling technique by dividing the population into two groups a group that used the Galah Asin game group I and a group that used a modified Galah Asin game group II in the test of the level of support from the student's parents in carrying out movement activities. Based on test results, each group was ranked, and then 27% from the top were taken as a group with high parental support and 27% from the bottom as a group with low parental support. The method employed in this research was an experimental method with a 2x2 ANOVA design. Based on the results, the modification of the Galah Asin game has no better impact than the Galah Asin game on fundamental movement skills in elementary school students. There is an interaction between the Galah Asin game and parental support of fundamental movement skills in elementary school students. Students with high parental support do not have a better impact on fundamental movement skills than students with low parental support in elementary school students. Galah Asin game modifications have a better impact than Galah Asin games on fundamental movement skills for students with high parental support in elementary DyahWawan Sundawan SuhermanThis study aims to evaluate the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency based on the aspects of Context, Input, Process, and Product. The evaluation model that will be used in this study is the CIPP model. The subject of this evaluation is Public Elementary Schools in Bantul Regency, totaling 273 schools. The sampling technique used the Slovin formula with a sampling error of 10% in 73 schools. Furthermore, the sample in this study was determined using a purposive sampling technique, with the following criteria the researcher took 1 physical education teacher, 1 school principal, and parents of students who were willing to become samples and filled out questionnaires from researchers. Data collection techniques used observation, interviews, questionnaires, and documentation. The data analysis technique in this study is descriptive quantitative and qualitative analysis. The results showed that the evaluation of the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency was in the poor category. Based on each evaluation component, the following conclusions are obtained. 1 Context evaluation of the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency, at is in the good category. The physical education learning philosophy indicator is in the good category and the physical education learning objectives are in the good category. 2 The input for evaluating the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency, amounting to is in the poor category. The teacher profile indicator is in the less category, the student profile is in the less category, and learning facilities and infrastructure is in the less. 3 The process of evaluating the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency, amounting to is in the poor category. The RPP indicator is in the good category and the implementation of online learning is in the less category. 4 Product evaluation of the implementation of physical education online learning in public elementary schools in Bantul Regency, amounting to is in the poor category. The learning process evaluation indicator is in the less category and the evaluation of learning outcomes is in the less purpose of this study was to evaluate the implementation of the assessment of knowledge and skills PESH in Junior High School Malang City. This study uses an evaluation approach using the model discrepancy. The results of this study on the implementation of the assessment of knowledge and skills can be said to be good. This is because the assessment document is not necessarily the same as the material in the Lesson Plan. Recommendations for the assessment of knowledge should the knowledge assessment rubric be arranged clearly, practically, qualifying questions with a high level of thinking and varied. Recommendations for skills assessment should be clear assessment rubrics, according to student characteristics, practical, and varied. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan penilaian pengetahuan dan keterampilan PJOK pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi dengan menggunakan discrepancy model. Hasil penelitian ini pada pelaksanaan penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dikatakan baik. Akan tetapi, dokumen penilaian belum tentu sama dengan materi pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rekomendasi untu penilaian pengetahuan sebaiknya rubrik penilaian pengetahuan disusun dengan jelas, praktis, soal berkualifikasi berlevel kognitif tinggi dan bervariasi. Rekomendasi untuk penilaian keterampilan sebaiknya rubrik penilaian jelas, sesuai karakteristik siswa, praktis, dan order to support children’s physical health and well-being in early childhood education programmes, it is important to understand how teacher practices concerned with physical activity and nutrition can be addressed effectively. Current evidence suggests that young children’s opportunities for physical activity in early childhood are increasingly limited. This study assessed how teachers’ knowledge and skills changed as the result of the implementation of a 10-week physical activity intervention programme Jumping Beans and participation in a related professional development programme. Participating teachers in four centres were interviewed before and after the intervention. Overall, qualitative and quantitative data from teacher interview data were highly positive, as a result of their participation. However, further research about how teachers’ skills can be enhanced to intentionally teach with confidence in curriculum domains related to physical health and physical literacy needs to be solving skill is one of the important skills which are expected to be gained during the educational programs. In the development of children's skills and shaping the behaviors, parental attitudes are believed to be effective. That means problem-solving skills and behavioral characteristics of individuals are closely related. From that starting point this research aims at revealing the impact of parental attitudes on problem solving skills of high school students. The research is in quantitative method with relational survey model. The working group of the study is 326 high school students selected randomly from Silvan district in 2015. For the analysis of data, descriptive statistical techniques frequency, percentage, mean, and standard deviation, cross-correlation and regression analysis were used. Some of the important results of the study are The level of students' problem solving skills is medium, there is no significant relationship between authoritarian attitudes of mothers and problem-solving skills of high school students, there is a positive medium level relationship between democratic attitudes of parents and problem-solving skills of students, parental attitudes of students predict 20% of students' problem solving BoonjeamKowat TesaputaAnan Sri-ampaiThe objectives of this research were 1 to study the elements and indicators of primary school teachers’ critical thinking, 2 to study current situation, desirable situation, development technique, and need for developing the primary school teachers’ critical thinking, 3 to develop the program for developing the primary school teachers’ critical thinking, and 4 to study the findings of usage in development program for primary school teachers’ critical thinking by using Research and Development. The samples were 384 primary school teachers, and 34 volunteered teachers to participate in development by using questionnaire, evaluation form, and tests. The statistic using for data analysis included the percentage, mean, standard deviation, modified priority needs index PNImodified, and t-test. The research findings found that 1 the elements and indicators of primary school teachers’ critical thinking consisted of 3 elements and 12 indicators of critical thinking ability, and 6 elements and 24 indicators of critical thinking disposition, 2 the current situation of primary school teachers’ critical thinking was in “High” level, for desirable situation, it was in “The Highest” level, 3 the development program, consisted of the principles, objectives, contents, and development activities included 4 Parts, Part 1 the readiness preparation, Part 2 training, Part 3 integration with work practice, and Part 4 posttest, and measurement and evaluation. 4. The posttest score was significantly higher than the pretest score at .01 Dilek Belet Boyacı Nurhan AtalayThe objective of the present study is to develop a measurement tool to assess 21st Century learning and innovation skills of primary school students. Study data was collected from 632 fourth grade students in five different primary schools during 2014 - 2015 academic year and data obtained from 609 fourth grade students were utilized in the study. The scale was developed in six stages. These were; establishing the scale items, consultation of experts, pretest stage, determination of structural validity, reliability assessment, and finalization of the scale, respectively. Cronbach alpha reliability coefficient for the whole scale, which consisted of three factors, was calculated as As a result of the current study, a Likert-type 21st Century learning and innovation skills scale with 39 items was developed. 20 items of the scale were related to creativity and innovation skills, 12 were related to critical thinking and problem solving skills, and 7 were related to cooperation and communication skills. Eva TrnovaCreativity plays a very important role in education. Most of educational systems support creativity as relevant competence for the 21st century. According to the findings of experts, teachers´creativityteachers´creativity is important for the development of students' creativity. We introduce a theoretical base of creativity and styles of creativity. Based on our research, inquiry-based science education IBSE seems to be the appropriate way for creativity development of teachers as well as students. Every teacher and student is more or less creative and IBSE enables individual attitudes in the development of creativity. The core principles of IBSE such as student activities, linking information into a meaningful context, developing critical thinking, promoting positive attitudes towards science and motivation correspond to basic components of creativity. Similarly, IBSE involves basic processes that give rise to creativity, which is delineated by R. Sternberg. We present reasons why IBSE is suitable for development of teachers´creativityteachers´ MartinekDon HellisonThis book responds to the needs of urban youth by describing youth development principles in physical activity programs. These programs are built on urban kids’ assets and promise rather than their deficits. Included are ways of transferring skills from specific programs to everyday YangIn order to train a large number of personnel adjusting to social and economic development with the progress of society, China’s education is also undergoing tremendous changes. Education reform has already become a hot topic of the education sector and the academia. Physical Education Reform also needs to be reformed as a physical training course, besides reforms in the basic courses of the professional culture. In the entire reform process, all reforms are empty talk if their effectiveness can not be guaranteed as they have never be carried out, no matter they are changes on curriculum or teaching mode. China’s economic is changing from the traditional intensive labor to high-tech labor since the beginning of the 21st century, which has a higher demand for personnel. As the cradle of personnel training, school plays a vital role on the development of the society. Therefore, it is to be considered and concerned for all schools that ensuring the effectiveness of their teaching under the new curriculum standards.bukuteks pelajaran yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Buku teks pelajaran ini merupakan salah satu bahan pembelajaran bagi siswa dan guru. Pada tahun 2021, kurikulum dan buku akan digunakan di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1177 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi Buku Pendidikan 1. Buku Teks Pelajaran 2. Buku Pengayaan 3. Buku Referensi 4. Buku Panduan Pendidik 5. Buku Ajar 6. Buku Monograf Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku pendidikan, Anda dapat melihat artikel-artikel kami berikut Bagi para penulis buku pendidikan, mengenal klasifikasi buku pendidikan tentu menjadi hal penting. Kenapa? Sebab yang namanya buku pendidikan jenisnya sangat beragam dan masing-masing memiliki ciri khas yang membuatnya saling berbeda. Memastikan naskah buku yang sudah disusun sudah sesuai dengan jenis buku pendidikan yang ingin dibuat. Maka pemahaman tentang semua klasifikasi tersebut sudah harus matang. Dalam dunia pendidikan, buku-buku di dalamnya memiliki jenis yang beragam. Semuanya tentu saja masuk ke dalam kategori karya tulis ilmiah atau KTI. Sehingga terikat oleh aturan tertentu seperti gaya bahasa, struktur penulisan, dan lain sebagainya. Supaya naskah yang disusun sudah sesuai dengan aturan tersebut dan masuk ke klasifikasi jenis mana dengan jelas sejak awal. Maka pahami semua klasifikasinya, dan berikut rangkumannya. Klasifikasi Buku Pendidikan Karya tulis ilmiah memiliki banyak sekali jenis, mulai dari artikel kemudian buku ilmiah. Khusus untuk buku ilmiah yang umum disusun oleh para dosen dan peneliti. Biasanya disebut juga dengan istilah buku pendidikan. Buku pendidikan atau buku ilmiah ini kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis, dan berikut detail klasifikasi buku pendidikan yang dimaksudkan 1. Buku Teks Pelajaran Klasifikasi yang pertama dalam buku pendidikan adalah buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran sendiri adalah buku rekaman pikiran rasial, yang ditulis dengan menyesuaikan tujuan instruksional. Buku teks pelajaran disusun dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sambil tetap memperhatikan kurikulum pendidikan yang diterapkan di lembaga pendidikan dan juga memperhatikan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Buku teks pelajaran kemudian terbagi lagi menjadi dua berdasarkan isi yang dipaparkan di dalamnya. Jenis yang pertama adalah buku pokok atau buku utama, dan yang kedua adalah buku suplemen atau buku tambahan. Buku pokok merupakan buku yang membahas seluruh inti kegiatan RPP dan sifatnya wajib dimiliki oleh pengajar saat menyampaikan materi di kelas. Sedangkan buku teks pelajaran suplemen bisa dikatakan sebagai pelengkap. Supaya proses menyusun salah satu jenis klasifikasi buku pendidikan ini lebih mudah dan sesuai dengan ketentuan. Maka ada lima aspek penunjang yang harus dipenuhi. Yaitu Memiliki landasan prinsip atau dasar yang jelas sehingga isinya relevan dan bisa dipertanggung jawabkan. Memiliki konsep yang jelas, sehingga dengan konsep yang jelas dari awal akan membantu mendapatkan hasil yang jelas juga. Relevan atau sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks pelajaran idealnya ditulis sesuai dengan minat siswa. Isi buku teks idealnya bisa meningkatkan dan menumbuhkan semangat belajar siswa. 2. Buku Pengayaan Jenis atau klasifikasi yang kedua dari buku pendidikan adalah buku pengayaan. Buku pengayaan adalah buku penunjang atau buku yang melengkapi buku utama sehingga sifatnya tidak wajib namun bisa menyempurnakan kegiatan pembelajaran. Buku pengayaan akan membantu tenaga pengajar maupun siswa untuk mendapatkan pemahaman lebih. Sehingga meskipun tidak wajib ada di kelas selama proses pembelajaran, keberadaannya terbilang penting. Bagi siapa saja yang ingin menyusun buku pengayaan, pastikan naskah tersebut sudah memenuhi ciri-ciri buku pengayaan yang baik. Misalnya Tidak mengacu pada kurikulum, Bersumber dari data, Berisi materi tanpa latihan, Mengalami perkembangan materi, Menggunakan bahasa sederhana, Menggunakan ragam bahasa ilmiah dan non ilmiah yang sederhana dan menarik, Disajikan dalam bentuk deskripsi dan dilengkapi ilustrasi. Buku pengayaan kemudian terbagi menjadi tiga jenis, yakni buku pengayaan pengetahuan, kemudian buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian. Sehingga isinya tidak melulu tentang materi pembelajaran. 3. Buku Referensi Klasifikasi buku pendidikan yang ketiga adalah buku referensi. Buku referensi adalah suatu tulisan dalam bentuk buku yang menyajikan hasil dari serangkaian kegiatan penelitian yang original, mendalam, dan menyeluruh pada satu cabang ilmu. Buku referensi umumnya ditulis oleh seorang dosen yang kemudian menggunakan referensi dari hasil penelitian. Buku referensi digunakan oleh dosen untuk mendampingi mereka mengajar. Sekaligus mendampingi kegiatan penelitian yang mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab melaksanakan Tri Dharma. Buku referensi kemudian diterbitkan ke penerbit resmi untuk mendapatkan ISBN. Meskipun disajikan dengan bahasa formal namun target pasarnya ternyata bukan hanya masyarakat ilmiah tapi juga masyarakat umum. Mahasiswa juga bisa menjadikannya sebagai pendukung kegiatan belajar jika memang dibutuhkan. Baca Juga Cara Menulis Buku Referensi yang Baik Kuasai Sistematika Menulis Buku Referensi 4 Kriteria Mutu Buku Referensi Syarat Menulis Buku Referensi Hasil Penelitian 4. Buku Panduan Pendidik Jika membahas mengenai klasifikasi buku pendidikan maka di dalamnya juga akan ada pembahasan tentang buku panduan pendidik. Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik. Buku panduan pendidik sesuai dengan namanya memang dijadikan pegangan tenaga pendidik atau pengajar dalam melaksanakan kegiatan mengajar. Sehingga isi dari buku ilmiah ini memaparkan prinsip, prosedur, dan deskripsi materi pokok. Bahkan di dalamnya juga memuat tentang model pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran yang ideal sesuai karakter materi. Sebagai buku yang disusun untuk dijadikan pegangan tenaga pendidik maka peminatnya sedikit. Sebab memang target pasar dari buku ini terbatas, yakni mereka yang aktif mengajar dan mendidik. Baik itu seorang guru maupun dosen. Meskipun begitu menyusun buku panduan pendidik bisa dipertimbangkan untuk memajukan kualitas pendidik dalam proses transfer ilmu yang dimilikinya. 5. Buku Ajar Jenis atau klasifikasi buku pendidikan yang kelima adalah buku ajar. Adapun yang dimaksud buku ajar adalah buku acuan yang berisi kumpulan materi dalam cabang ilmu tertentu yang disajikan secara komprehensif. Buku ajar disusun oleh tenaga pengajar seperti guru dan dosen untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar dalam mengajar. Biasanya proses penulisan sampai penerbitan disediakan fasilitas oleh lembaga pendidikan tempat penulisnya mengabdi. Buku ajar bersumber dari hasil penelitian yang memuat perkembangan ilmu pengetahuan terkini dari suatu bidang keilmuan. Buku ajar kemudian memuat seluruh materi dari bidang keilmuan tersebut sesuai dengan rancangan pembelajaran. Sama seperti buku referensi, buku ajar juga wajib diterbitkan melalui penerbit resmi dan memiliki ISBN. Sehingga membantu para pengajar di seluruh Indonesia mendapatkan buku pegangan yang tepat karena disusun oleh ahlinya. Baca Juga Ciri-Ciri Buku Ajar 4 Elemen Pengukur Buku Ajar yang Berkualitas Tahapan Cara Membuat Buku Ajar 5 Struktur Pokok Menulis Buku Ajar 6. Buku Monograf Klasifikasi buku pendidikan yang terakhir adalah buku monograf. Buku monograf sendiri adalah Suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik atau hal dalam suatu bidang ilmu kompetensi dari penulis. Pembahasan di dalam buku monograf lebih spesifik, misalnya untuk dosen akuntansi maka satu buku monograf hanya untuk pembahasan satu materi akuntansi saja. Sementara buku ajar memuat seluruh materi akuntansi dalam kurun satu semester. Buku monograf juga bersumber dari hasil penelitian yang memaparkan perkembangan terkini dari suatu topik bidang keilmuan tertentu. Selain itu juga wajib diterbitkan untuk mendapatkan ISBN dan bisa diakses seluruh pengajar di Indonesia. Dari penjelasan di atas maka bisa dipahami bahwa klasifikasi buku pendidikan sangat banyak dan bisa ditulis oleh semua tenaga pendidik. Baik guru, dosen, maupun peneliti. Jadi, pahami semuanya agar tidak keliru saat menyusun naskahnya. Baca Juga Karakteristik dan Susunan Buku Monograf Tips Menulis Monograf untuk Dosen Jenis-Jenis Buku Monograf Syarat Menulis Buku Monograf di Penerbit Deepublish Itulah ulasan tentang ulasan penerbit buku pendidikan. Semoga ulasan ini bermanfaat. Di harapkan pula, dengan ulasan ini membantu Anda membuat sasaran penulisan yang sesuai dengan keinginan penerbit buku pendidikan, agar mudah diterima. Jika naskah Anda masi di tolak, Anda masih bisa menebitkan buku di penerbit buku pendidikan Deepublish. Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini KIRIM NASKAH Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku pendidikan, Anda dapat melihat artikel-artikel kami berikut Syarat Jurnal yang Baik Untuk Referensi Buku AjarCara Menerbitkan Buku Ajar di Penerbit Buku PendidikanTeknik Menulis Buku Ajar Sesuai Alur KTSPBagaimana Cara Membuat Buku Ajar yang Dicintai Mahasiswa?Empat Fungsi Ilustrasi dalam Teknik Menulis Buku Ajar Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini! Kontributor Novia Intan
. 154 3 496 201 172 265 1 71